Saturday, May 18

Pentingnya Mendidik Anak Berpikir Sejak Dini

JatimInstitute – Saya tidak habis berpikir bagaimana seorang bapak/orang-tua yang buta huruf mampu mengajarkan anaknya “berpikir” sejak usia dini. Kebahagiaan hidup ada di atas cara berpikir orang itu sendiri. Sekecil apa pun permasalahannya, seruwet benang kusut pun, jika dimulai dengan berpikir akan ditemukan ujungnya. Begitulah pelajaran hidup yang pernah diberikan.

Beliau adalah bapak saya. Alhamdulillah, sekarang masih hidup. Secara pasti saya tidak tahu umurnya berapa. Dari perkiraan saya, beliau sudah berumur kepala sembilan. Karena, anak dari salah satu cucunya (Cicit) sudah sekolah SD. Menurut cerita beliau lahir sebelum Belanda datang menjajah Indonesia.

Bahasa satu-satunya adalah bahasa ibu (bahasa Madura). Sampai sekarang pun, beliau masih tetap buta huruf. Karena memang tidak pernah sekolah, kecuali pada alam dan kehidupan itu sendiri.

Sejak kecil saya sudah diajarkan berpikir, dengan cara beliau bertanya kepada saya. Jika saya lapar, atau waktunya makan tidak lupa beliau bertanya, “mon lapar baremma carana?” (bahasa madura) artinya, “kalau lapar bagaimana caranya?” saya menjawab “makan”. “apa yang dimakan?” saya pun menjawab “nasi”. Beliau terus mengejar dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya.” nasi dari apa?” “dari jagung”. Dan seterusnya.

Waktu itu kami masih makan dari jagung yang diselip, dihaluskan mirip beras. Dijaman masih gak enak itu, nasi jagung benar-benar hanya “bherras jhagung” tidak ada campurannya. Namun sekarang sudah jarang yang makan nasi jagung. Kalau pun ada, sudah ada campurannya beras biasa (dari padi). Bahkan jagungnya sedikit, lebih banyak berasnya.

Mendidik dengan cara bertanya tidak hanya dalam tataran konsep, namun dalam ranah praktik juga diajarkan dengan cara berfikir. Bila ibu masak, beliau akan bertanya “kamu bisa masak nasi?”, atau pada waktu diajak ngarit rumput, beliau akan bertanya “tahu caranya ngarit?”, “tahu caranya nyangkul?”. Jika saya belum bisa beliau akan nyuruh saya untuk melihatnya, dan kalau sudah bisa akan minta saya untuk mencobanya.

Pentingnya mengajarkan berfikir sejak usia dini. Dalam suatu acara pembukaan kegiatan membaca, selain mengajarkan anak membaca sejak usia dini, mengajarkan anak berfikir sejak dini juga tidak kalah penting. Beberapa manfaat mengajarkan anak sejak dini untuk berfikir kritis, yaitu; bisa mengambil keputusan dengan tepat, berkarakter, dan memiliki cara pandang yang berbeda.

Dalam tataran mahasiswa pun, jarang yang mampu dan terbiasa berfikir kritis. Kebanyakan menjadi follower, pengikut saja. Jika anak sudah memiliki kebiasaan berpikir, dia akan berpikir secara rasional terhadap apa yang harus diputuskan. Jika berhadapan dengan masalah, dia akan mempertimbangkan solusi dan konsekuensinya.

Pentingnya Mendidik Anak Berpikir Sejak Dini

Setiap masalah dan solusi yang diambil memiliki konsekuensi yang berbeda-beda. Itu sebabnya pemikiran yang jernih akan menghasilkan keputusan yang baik. Berbekal keyakinanmu, kamu tidak akan hanya menjadi follower.

Anak yang biasa berpikir akan menyerap banyak pengetahuan, dan dia akan terlihat “kepo” an. Pengetahuannya yang luas akan lebih luwes dalam menghadapi orang lain. Pemikirannya akan lebih terbuka.

Tidak banyak orang yang mampu menghargai pendapat orang lain. Lebih-lebih mereka yang tidak sependapat. Menerima perbedaan, kelebihan dan kekurangan orang lain adalah kelebihan yang luar biasa. Kita tahu di Negari ini pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) sangat tinggi. Tidak lain alasan mendasar karena intoleransi.

Intoleransi merupakan kebalikan dari semua prinsip-prinsip toleransi itu sendiri. Pemikiran mereka belum sampai bahwa perbedaan sebagai keunikan. Budaya lahir karena adanya perbedaan dan keunikan itu sendiri.

Yang terakhir, anak yang biasa berfikir akan terbawa dalam kehidupannya. Hidupnya akan penuh semangat, karena dikepalanya atau di dalam pikirannya akan dipenuhi berbagai pertanyaan. Dan, membutuhkan jawaban. Jika belum terjawab akan gelisah. Dia akan terus mencari jawabannya.

Dalam kehidupan belajarnya akan jauh lebih seru. Banyak hal yang akan membuatnya tertarik untuk terus belajar. Tidak perlu dipertanyakan lagi, prestasinya pasti juga akan meningkat. Cara belajarnya bukan sekadar menghafal, namun akan terbiasa menganalisa, mengkritisi, dan berkreasi.

Kembali pada cerita di atas, Bapak saya bukan hanya buta huruf, namun juga buta angka. Termasuk saya dan saudara-saudaraku, empat bersaudara semua buta angka. Maksudnya buta angka, sampai sekarang kami tidak pernah tahu angka persisnya tanggal berapa kami dilahirkan.

Tanggal lahir yang ada di KTP dan ijazah adalah pemberian guru SD saya. Kemungkinan waktu saya di daftarkan sekolah, orang tua saya tidak bisa menyebutkan tanggal lahir saya. Dan guru saya tidak mau ambil pusing, ditulislah tanggal lahir sesukanya. Bagaimana saya tahu kalau itu bukan tanggal lahir saya. Orang tua saya hanya tahu dan ingat hari kelahiran. Ketika saya cek, tanggal lahir dan harinya tidak sama dengan hari yang disebutkan orang tuaku. Namun jasa guruku ini sampaikan sekarang masih belum berubah.

Penulis :
Untung, S.Pd.
Penulis dan Guru SMP Negeri 18 Surabaya

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *